RVI RISNAINI 1401015105
Definisi Angket
Sutoyo Anwar (2009: 168) mendefinisikan bahwa angket atau kuesioner merupakan sejumah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden, yang dianggap fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden. Sedangkan Gantina Komalasari, dkk (2011: 81) mendefinisikan angket sebagai suatu alat pengumpul data dalam asesmen non tes, berupa serangakaian pertanyaanyang diajukan kepada responden (peserta didik, orang tua atau masyarakat).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa angket merupakan angket serangkat alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi dalam bentuk pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden dalam hal ini adalah peserta didik, orang tua atau masyarakat.
Angket dikenal juga dengan sebutan kuesioner. Alat asesmen ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian (Komalasari, 2011: 81), yaitu: (1) judul angket, (2) pengantar yang berisi tujuan atau petunjuk pengisian angket, dan (3) item-item pertanyaan, bisa juga opini atau pendapat, dan fakta.
Fungsi Angket
Angket disusun dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah informasi yang relevan dengan keperluan bimbingan dan konseling, seperti identitas pribadi peserta didik, keterangan tentang keluarga, riwayat kesehatan, riwayat pemdidikan, kebiasaan belajar di rumah, hobi atau informasi lainnya. Data yang diperolah berfungsi untuk: (1) mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka penyususnan program, (2) untuk menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode lain, (3) evaluasi prorgam BK, dan (4) untuk mengambil sampling sikap/pendapat dari responden (Gantina Komalasari, 2011: 81)
Jenis-Jenis Angket
Menurut Gantina Komalasari (2011: 82), angket dapat dibedakan berdasarkan tiga jenis, yaitu: (1) bedasarkan bentuk pertanyaan atau pernyataan, (2) berdasarkan respondennya (sumber data), dan (3) berdasarkan strukturnya.
Berdasarkan bentuk pertanyaan atau pernyataan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) angket terbuka, (open questionaire) merupakan bentuk angket yang pertanyaan atau pernyataannya memberi kebebasan kepada responden untuk memberikan jawaban atau pendapatnya sesuai dengan keinginan mereka, (2) angket tertutup (close questionaire) adalah angket yang pertanyaannya atau pernyataannya tidak memberi kebebasan kepada responden untik menjawab sesuai pendapat dan keinginan mereka, dan (3) angket semi terbuka (semi open qeustinaire) yaitu bentuk angket yang pertanyaannya atau pernyataannya berbentuk tertutup, tetapi diikuti pertanyaan terbuka.
Dilihat dari sumber datanya, angket dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) angket langsung, adalah bil angket itu langsung diberikan kepada responden yang ingin diselidiki, jawaban diperoleh dari sumber pertama tanpa menggunakan perantara, dan (2) angket tidak langsung, yaitu bila angket disampaikan kepada orang lain yang dimintai pendapat tentang kondisi orang lain, jawaban tersebut diperoleh dengan melalui perantara sehingga jawabannya tidak dari sumber pertama.
Dilihat dari strukturnya, angket dibedakan menjadi 2 pula yaitu: (1) angket berstruktur, yaitu angket yang bersifat tegas, konkret dengan pertanyaan atau pernyataan yang terbatas dan menghendaki jawaban yang tegas dan terbatas pula, dan (2) angket tidak berstruktur, dipergunakan apabila konselor menginginkan uraian lengkap dari subyek tentang sesuatu hal, di mana diminta uraian yang terbuka dan panjang lebar, disampaikan dengn mengajukan pertanyaan bebas.
Kelebihan dan Kekurangan Angket
Seperti instrumen non tes yang lainnya, angket pula memiliki kelebihan dan kekurngannya. Oleh karena itu, penggunaannya harus iintegrasikan dengan alat asesmen lainnya, sehingga konselor dapat menemukan info yang relevan terhadap kondisi subjek yang akan diamati.
Gantina Komalasari (2011: 86-87) menjelaskan bahwa terdapat kelihan dan kelemahan dari angket. Berikut kelebihan dari angket, antara lain: (1) angket merupakan metode praktis karena dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data kepada sejumlah responden dalam jumlah yang banyak dan waktu yang singkat, (2) merupakan metode yang ekonomis dari segi tenaga yang dibutuhkan antara lain tidak membutuhkan kehadiran konselor, (3) setiap responden menerima sejumlah pertanyaan yang sama, (4) pada angket tertutup memudahkan tabulasi hasil bagi konselor, (5) pada angket terbuka responden mempunyai kebebasan untuk memberikan keterangan, (6) responden mempunyai waktu cukup untuk menjawab pertanyaan, (7) pengaruh subjektif dapat dihindarkan, (8) pengisian angket dapat dibuatkan anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab.
Sedangkan kekurangan dari angket antara lain: (1) responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulangi untuk diberikan kembali kepada responden, (2) sulit untuk mendapat jaminan bahwa responden akan memberikan jawaban yang tepat, (3) penggunaannya terbatas hanya pada responden yang bisa membaca dan menulis, (4) pertanyaan atau pernyataan dalam angket dapat saja ditafsirkan salah oleh responden, dan (5) sulit mendapatkan jaminan bahwa semua responden akan mengembalikan semua angket yang diberikan.
Strategi Pengolahan Data Angket
Langkah Penyusunan Angket
Berikut beberapa langkah penyusunan angket menurut Komalasari (2011: 85-86), yaitu:
Menentukan tujuan yang akan dicapai dari penggunaan angket. Misal, angket disusun dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan belajar peserta didik di rumah, ingin mengetahui keterkaitan peserta didik terhadap tugas, ingin mengetahui kondisi keluarga, dan sebagainya.
Mengidentifikasi variabel yang akan menjadi materi angket, misal persepsi peserta didik tentang pengasuhan orang tua, kebiasaan belajar, minat kegiatan ekstrakurikulerdan sebagainya, kemudian dijabarkan dalam kisi-kisi.
Menyusun kalimat-kalimat pertanyaan atau pernyataan yang mewakili setiap indikator sebagaimana yang telah dijabarkan dalam kisi-kisi. Untuk menyusun pertanyaan atau pernyataan dalam angket, beberapa pedoman di bawah ini perlu diperhatikan konselor: (a) menggunakan kata-kata yang tidak mengandung makna ganda (ambigu), (b) susunan kalimat hendaknya sederhana tetapi jelas, (c) menghindari pemakaian kata yang tidak ada gunanya, (d) menghindarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu, (e) mencantumkan kemungkinan jawaban sesuai dengan kebutuhan data dan konstruk teori yang digunakan, (f) hindarkan kata-kata yang bersifat sugestif dan kata yang bersifat negatif, dan (g) pergunakan kata-kata yang netral, tidak menyinggung perasaan dan harga diri responden.
Lengkapi angket dengan identitas responden jika diperlukan, dan pendahuluan yaitu berupa tujuan angket tersebut dan petunju pengisiannya.
Untuk memperoleh angket dengan hasil baik, maka dapat dilakukan proses uji coba. Sampel yang diambil dalam uji coba haruslah sampel dari populasi dimana angket akan diberikn. Situasi uji coba juga harus sama, yaitu apakah angket harus diisi saat itu juga atau boleh dibawa pulang, dan dikumpulkan kembali pada waktu yang telah ditentukan.
Langkah Pengadministrasian Angket
Sofyan Willis (2011: 32) memaparkan bahwa dalam upaya mengembangkan potensi siswa dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, perlu adanya kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang terorganisir, terprogram dan terarah.
Salah satu kegiatan dalam upaya pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa adalah kegiatan need asessment atau analisis kebutuhan siswa yang dimaksudkan sebagai landasan pembuatan program layanan BK yang sesuai kebutuhan.
Salah satu asesmen dalam teknik non tes yang menjadi acuan penelitian di sini adalah teknik angket.
Berbicara mengenai angket, tentu ada langkah mengadministrasiannya. Pengadministrasian angket dalam pelayanan bimbingan dan konseling memiliki beberapa tahapan yaitu: (1) tahapan persiapan, yang meliputi penentuan kelompok respondenn, mempersiapkan angket sesuai tujuan dan membuat satuan layanan asesmen, (2) langkah pelaksanaan, yang meliputi memberikan verbal setting (menjelaskan akan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data), membagikan angket, menjelaskan kapan waktu pengisian angket, mengumulkan kembali angket setelah selesai diisi, dan (3) tahapan penglahan dan analisis hasil, yang meliputi tahap pemeriksaan kelengkapan hasil angket, dan membuat tabulasi hasil serta melakukan analisis.
Langkah Pengolahan dan Analisis Hasil Angket
Pengolahan dan analisis hasil angket memerlukan kreatifitas dari konselor atau guru BK itu sendiri. Kreatifitas itu dapat berupa kecerdasan dalam pengolahan hasil angket serta bagaimana cara menganalisisnya. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan melakukan eksperimen masalah kecerdasan sosial di sekolah A khususnya di kelas XI-A (sebagai contoh) di mana terdapat 20 siswa dalam kelas tersebut. Kelas A menunjukkan adanya indikasi siswa yang kecerdasan sosialnya tinggi dengan persentase 10%, 30% dan 60% keceerdasan sosialnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar